Ah, London! Kota yang ku kenal... Dalam ingatan ku Kota London tidak pernah secerah ini. Hampir 5 tahun sejak kunjungan ku yang pertama, saat itu aku tiba pada akhir Desember dan tinggal hingga awal Maret, tepat 3 bulan masa magang ku. Aku bahkan merasakan butiran salju pertama yang turun disini. Berbeda dengan kunjungan ku yang kedua, Kali ini musim semi masih berlangsung hingga 2 bulan kedepan.
Aku akan tinggal di London selama 2 tahun, mungkin lebih.
Sandy sendiri yang memintaku bekerjasama dengannya. Tak kusangka, Seorang Sandy menyukai desain kostum ku untuk pertunjukan teater di Jakarta. “Your creativity will be needed in this industry. Spread your wings,
hope to meet you soon in UK!” Kata-katanya cukup membuat ku melompat-lompat
seperti orang gila. Benar sekali, CREATIVITY IS GREAT!
“I'll pick you up at 09.00 tomorrow morning, Miss Lune.” Kata Liam, supir dari Costumi d'Arte setelah mengantar barang
bawaan ku sampai ke lobby hotel.
Sunny, kakak perempuan ku pernah berkata, Jika aku memiliki aksen British aku tidak akan pernah diam. Beruntung
dia tidak memilikinya, tanpa aksen British pun dia sudah sangat cerewet. Tapi
dia tidak salah juga, aku cinta aksen British. Apalagi aksen yang dimiliki
Alfie.
Tiba-tiba gambaran wajahnya ada dimana-mana. Alfie memiliki
mata berwarna biru dan hijau. Jika kau memandangnya cukup lama kau dapat
melihat alam semesta dimatanya. Dia adalah sosok pria yang tak mudah dilupakan.
Terlalu banyak kenangan bersama Alfie di kota ini. Aku masih
ingat ketika kami berjalan menyusuri Hyde Park, tangan kirinya merangkul
pundakku selagi tangan kanannya memegang payung. Orang-orang pasti mengira kami
adalah pasangan kekasih. Anehnya, aku tidak pernah merasa senyaman ini.
Aku tahu Alfie sedang berada di London juga, aku sempat
melihat foto-foto di instagram-nya semenit yang lalu. Walaupun kami tidak saling follow,
aku tidak pernah melewatkan foto-foto yang diunggahnya di instagram. Tak
diragukan lagi, selama 5 tahun terakhir karir Alfie semakin menanjak dan tak
satu pun film yang dibintanginya terlewatkan oleh ku. Aku memang iri, tapi aku juga bahagia untuknya.
Selagi aku melangkah masuk ke kamar hotel, ponsel ku
berdering. Sang penggirim pesan cukup membuat ku terkejut.
Oooh Lune, aku baru
tahu kau datang. Tak sabar untuk segera bertemu.
-Alfie-
Aku tersenyum, dalam hati aku kegirangan. Sang aktor beken
masih mengingatku. Dan apakah aku tidak salah baca kalimat terakhir di
pesannya. Oh Tuhan, semoga pesan ini bukan dari Sunny yang sedang mengerjaiku.
Aku selalu menceritakan tentang Alfie kepada Sunny. Tapi tujuan ku ke sini
bukanlah untuk bertemu dengannya, aku kesini untuk mewujudkan mimpi ku.
Desember 2007
Aku selalu bercita-cita menjadi bagian dalam industri
kreatif perfilman. Setelah lulus dari sekolah tata busana di Jakarta, aku
diterima magang selama 3 bulan sebagai dressing girl di bagian Costume Atelier
untuk film The Young Victoria yang akan shooting di beberapa tempat di UK.
Costume designer untuk film ini adalah Sandy Powell, costume designer British
pujaan ku.
Hari ketiga, kami shooting di Old Royal Naval College, salah
satu situs warisan dunia yang ada di Greenwich, London. Kubayangkan
adegan-adegan dramatis dalam film Sherlock Holmes, James Bond sampai The King
Speech yang juga mengambil lokasi syuting di sini. Di dalamnya terdapat lukisan
karya Sir James Thornhill dengan luas 3.700 m2 yang tersebar di dinding hingga
atap bangunan. Bulu kuduk ku sampai berdiri saking megahnya.
Di hari itu aku bertemu dengan Alfie. Alfie adalah salah
satu figuran yang aku urusi pakaiannya dan orang British pertama yang menjadi
sahabat ku. Alfie adalah lelaki dengan sejuta cerita. Ketika Alfie bercanda
bersama para figuran lain. Aku selalu ikut tertawa terbahak-bahak. Lawakan
British memang paling lucu.
Alfie hanya dijadwalkan syuting selama 3 hari. Tapi semua
berubah, ketika sang sutradara mengamuk karena pemeran pembantunya tidak bisa
berakting sama sekali. Lalu diadakan casting mendadak dan Alfie pun terpilih.
Saat itu, bisa dibilang justru aku yang bahagia.
Di minggu terakhir masa magang, Alfie menemani ku
berkeliling Kota London. Selama syuting aku memang belum sempat jalan-jalan
selain ke lokasi syuting. Karena Alfie, aku tidak membutuhkan peta ataupun buku
petunjuk. Alfie sudah 23 tahun tinggal disini, dia tahu segala sesuatu tentang
London.
Di dalam London Eye kami berbagi impian kami. Aku ingin
menjadi Costume Designer kreatif seperti Sandy Powell dan Alfie ingin menjadi
aktor hebat seperti Daniel Day-Lewis. Latar Kota London yang terlihat seperti
miniature menjadi saksinya.
Alfie pernah berkata bahwa aku adalah gadis idamannya. Aku
tidak banyak bicara dan aku selalu tertawa pada setiap lawakannya. Dia pikir
aku adalah gadis yang pintar tapi tidak sombong. Di hari terakhir, tepat
sebelum kami berpisah, dia mengucapkan kalimat yang masih menghantui ku sampai
saat ini “I just realized, I was very
happy with you and I know you too. Will you be my girlfriend? Wait… don’t answer now. Think about
it and call me!”
Sudah 5 tahun aku tidak pernah menghubunginya, begitupun dia. Aku tidak pernah percaya pada hubungan jarak jauh. Mungkin aku hanyalah pengecut yang tak berani mencobanya. Oh, Alfie… Aku ragu kita bisa berteman seperti dulu, aku menyesal kau telah mengucapkan kalimat magis itu.
Sudah 5 tahun aku tidak pernah menghubunginya, begitupun dia. Aku tidak pernah percaya pada hubungan jarak jauh. Mungkin aku hanyalah pengecut yang tak berani mencobanya. Oh, Alfie… Aku ragu kita bisa berteman seperti dulu, aku menyesal kau telah mengucapkan kalimat magis itu.
Di Indonesia, aku memulai karir ku sebagai costume designer
untuk film maupun pentas seni teater dalam negeri. Sedangkan Alfie telah
membintangi 5 film layar lebar yang tayang di seluruh dunia. Akting-nya dalan
film The Young Victorian jelas awal dari semua itu.
Saat ini.
Tink tonk, bel
kamar hotel ku berbunyi. Mungkin hanya bell boy yang ingin mengantarkan handuk.
Aku tidak sedang menanti siapapun.
Ketika aku membuka pintu, di luar dugaan ku. Aku menemukan 3 hal yang paling
aku cintai di dunia ini. Mereka adalah nampan yang penuh dengan Yorkshire
Pudding, sebotol wine Balfour Brut Rose dan pria yang membawanya… Alfie.
“I still remember your
favorite dishes.” Kata Alfie dengan aksen British yang paling aku rindukan.
Saat mata kami bertemu, aku sadar bahwa kami masih memiliki kesempatan untuk memulai kembali kisah kami. Di sini, di London, cinta kami bersemi.
SELESAI
The mother of dragons, Daenerys Targaryen. Walaupun
terus menerus diremehkan oleh musuh-musuhnya, Dany telah berhasil memerdekakan ribuan budak. Keputusan bijak yang diambilnya
selalu tak terduga dan juga Dany tidak angkuh kepada non-Westeros. Tidak seperti
karakter lain, Dany memiliki klaim yang cukup bagus untuk menjadi Ratu yang sah
dari Tujuh Kerajaan.
Asik, udah jadi cerpennya! Semoga menang ya, Cantik! Penasaran sama kelanjutan ceritanya, semoga ada part. 2 nya yaps!
ReplyDeleteHihi, iya niiih... Makasih yaaa kakak cantik sudah berkunjung baca cerpen ku :D Maunya sih dilanjutin...
DeleteIni lomba cerpen yang hadiahnya ke Inggris itu ya? Lumayan kok untuk cerpen pertama, animasinya juga bagus. Best of luck dek!!!
ReplyDeleteIya, beneeer!!! Makasih udah mau kasih tanggapan >.<
DeleteKak irrrrrr!!!!! Simple tapi keren banget😍
ReplyDeleteMakasiiih adik kelas :) udah mau baca cerpen aku hehe, jangan bosen-bosen mampir :p
DeleteCerpen mu renyah mbak :) :) aku suka :) :) tapi penasaran sama tampangnya si alfie, di cerpen mu cuma siluet saja, penasaran mau lihat mata biru & hijau nya. Ihiiiy :p
ReplyDeleteCerpen pertama mu beneran dek??? Kok bagus :) Lanjutkan!!! Aku baca sampai abis ^^ Untuk cerita kayaknya terlalu singkat untuk tema cinta kayak gini, bisa ditambahi beberapa adegan tuh.. kayak pas di London 5 tahun yang lalu kira-kira apa yang bikin mereka saling suka sama suka.. gituuu. Hanya masukan sih :) hehe
ReplyDeleteKeren ra, karena penasaran jadinya sampai baca di tengah jam kuliah. Bikin lagi yang bagus ra :)
ReplyDeleteBagus ko ^^ suasananya juga dapet...
ReplyDeleteSemoga menang ya...halan-halann...\m/
hoalah, mbak..mbak.. cuma cerpen toh.. copet deh, kirain story about ur life?? hehehe
ReplyDelete